Kronologi Terbentuknya Punden Berundak dan Fungsinya


Punden Berundak CiriCiri, Fungsi dan Peninggalan Zona Penemuan

Punden berundak termasuk salah satu bangunan hasil peninggalan zaman megalitikum. Bangunan ini pada zaman dahulu dijadikan sebagai sarana untuk memuja roh leluhur, Adjarian. Nah, kali ini Adjarian, kita akan membahas menegenai punden berundak, baik dari fungsi dan juga ciri-cirinya yang menjadi materi sejarah kelas 10 SMA.


Pengertian Punden Berundak Studyhelp

Punden berundak memiliki fungsi sebagai alat atau sarana untuk melakukan pemujaan terhadap roh-roh leluhur, terkadang juga punden berundak digunakan sebagai tempat atau wadah persembahan atau sesajen. Pemujaan roh-roh leluhur di zaman dahulu dianggap sebagai bentuk untuk mencegah datangnya bencana atau musibah. [2]


Situs Megalitikum Gunung Padang, Cianjur. Situs dengan sistem Punden Berundak terbesar di Asia

Punden berundak merupakan hasil penghayatan rasa spiritual masyarakat Nusantara akan lokus spiritual terhadap roh leluhur. Baca juga: Animisme dan Dinamisme: Bentuk Kepercayaan Asli Masyarakat Nusantara. Dalam punden berundak, konsep dasar yang dipegang adalah para leluhur atau pihak yang dipuja berada pada tempat-tempat yang tinggi, biasanya.


Apa Itu Punden Berundak? Arti Punden, Perkembangan, dan Fungsi

Dengan kehidupan yang sudah cukup terstruktur di masa lampau, terdapat beberapa peninggalan Zaman Megalitikum yang masih ada hingga saat ini, yakni sebagai berikut: 1. Dolmen. Dolmen merupakan meja batu besar berbentuk pipih dengan permukaan yang rata. Meja ini memiliki empat batu panjang sebagai penyangganya.


TUGAS KITA BERBAGI MAKALAH TENTANG ZAMAN MEGALITIKUM

Baca Juga : Zaman Mesozoikum: Pengertian, Ciri - Ciri, & Periode. Demikian penjelasan Museum Nusantara kali ini tentang ciri-ciri, peninggalan, dan desa yang ada di Indonesia pada Zaman Megalitikum. Semoga penjelasan kali ini bermanfaat dan menambah wawasan kalian! Zaman Megalitikum terkenal sebagai zaman batu besar.


Fungsi Batu Besar Pada Zaman Megalitikum Adalah

Punden Berundak-undak. Peninggalan budaya zaman Megalitikum ini berupa bangunan bertingkat, terdiri atas tumpukan batu. Bentuknya yang tinggi ini membuat bangunan ini memiliki tanjakan-tanjakan kecil yang bahannya dari batu. Diduga, pada zaman dahulu tingkatan teratas punden berundak-undak adalah tempat yang paling suci dan digunakan sebagai.


Gambar Arca Batu Pada Zaman Megalitikum materisekolah.github.io

Pengertian Punden Berundak. Menurut Pardi (2013), punden berundak secara umum adalah sarana atau media pemujaan untuk memberi penghormatan serta pemujaan pada roh leluhur yang saat ini dikenal sebagai salah satu peninggalan zaman megalitikum di Indonesia. Sagimun (1987) dlam Pardi (2013) menyatakan bahwa kata "punden" dalam bahasa Jawa.


Zaman Batu Megalitikum

Fungsi Punden Berundak. Dikutip dari buku Sejarah oleh Tugiyono (2004), pada zaman kebudayaan megalitikum atau batu besar, nenek moyang bangsa kita banyak mendirikan bangunan punden berundak beserta menhir sebagai tempat untuk memuliakan arwah nenek moyang. Bangunan punden berundak ini adalah bentuk awal dari bangunan candi yang ada di Indonesia.


Punden Berundak Pengertian, CiriCiri dan Fungsinya

Megalith Tua, menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dan dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunannya adalah menhir, punden berundak-undak, arca-arca statis. Megalith Muda, menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu).


Alam Mengembang Jadi Guru Budaya Megalitikum di Indonesia

13254868521877819550. Punden berundak adalah salah satu hasil budaya Indonesia pada zaman megalitik (megalitikum) atau zaman batu besar. Punden berundak merupakan bangunan yang tersusun bertingkat dan berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang. Punden Berundak pada zaman megalitik selalu bertingkat tiga yang mempunyai makna.


Pengertian Punden Berundak kabarmedia.github.io

Fungsi Punden Berundak. Fungsi utama punden berundak yaitu sebagai sarana pemujaan untuk memuja dan menghormati roh leluhur. Bahkan masih banyak masyarakat zaman sekarang yang masih menggunakan punden berundak untuk tujuan yang sama. Masyarakat zaman dahulu melakukan pemujaan roh leluhur untuk mencegah datangnya bencana atau musibah seperti.


Kronologi Terbentuknya Punden Berundak dan Fungsinya

Punden berundak adalah salah satu hasil budaya Indonesia pada zaman megalitik (megalitikum) atau zaman batu besar. Punden berundak merupakan bangunan yang tersusun bertingkat dan berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang. Punden Berundak pada zaman megalitik selalu bertingkat tiga yang mempunyai makna tersendiri.


7 Peninggalan Hasil Budaya Zaman Megalitikum, Bentuknya Unik

Punden Berundak atau disebut juga teras berundak adalah sebuah bangunan peninggalan pada zaman megalitikum memiliki struktur bentuk bangunan berupa teras yang mengarah ke satu titik mengerucut ke atas. Bangunan ini banyak ditemukan dan tersebar di situs-situs purbakala di Indonesia yang menjadi salah satu peninggalan dan contoh budaya Nusantara.


Bangunan dan Benda Peninggalan Kebudayaan Megalitikum di Indonesia Attoriolong

Fungsi benda peninggalan zaman Megalitikum ini yakni sebagai tempat untuk meletakkan sesaji, yang akan dipersembahkan kepada arwah nenek moyang dan untuk peribadatan. Ada kalanya, ruang di bawah dolmen digunakan sebagai tempat meletakkan jenazah agar tidak dimangsa binatang buas. Baca juga: Dolmen: Pengertian, Fungsi, dan Lokasi Penemuan.


Apa fungsi patung batu pada masa megalitik

Punden berundak biasanya memiliki jumlah ganjil, umumnya terdiri atas 3 tingkatan. Tingkatan ini dianggap memilik arti filosofis yaitu: Pada mulanya punden berundak digunakan sebagai tempat pemujaan leluhur. Hal ini karena dipercaya bahwa leluhur tinggal di tempat yang tinggi seperti gunung, maka dari itu dibuatlah punden berundak yang.


Gambar Punden Berundak Undak pulp

Fungsi utama punden berundak ialah sebagai sarana pemujaan untuk memuja serta menghormati roh leluhur. Berkaitan dengan kepercayaan masyarakat saat itu, pemujaan roh leluhur ditujukan untuk mencegah datangnya bencana atau musibah, seperti wabah dan gempa bumi. Selain itu, peninggalan era Megalitikum ini juga sering digunakan untuk meletakkan.

Scroll to Top